Tuesday, May 19, 2015

Air Bag Safety Hanya Pencitraan Saja?


Ada sebuah kecelakaan yang melibatkan sebuah mobil berfasilitas air bag SRS. Pengendara meninggal dan keluarga pengendara menuntut ATPM mobil X tersebut karena menilai mobil tersebut lalai tidak mengembangkan air bag-nya saat kecelakaan. ATPM menolak tuntutan tersebut dengan alasan "Energi yang diterima oleh sensor tidak cukup untuk membuat SRS Airbag mengembang"

Berdasarkan bacaan di http://en.wikipedia.org/wiki/Airbag, didapat bahwa saat mengembangnya air bag SRS  diukur dengan  penurunan kecepatan yang drastis :

United States regulations require deployment in crashes at least equivalent in deceleration to a 23 km/h (14 mph) barrier collision, or similarly, striking a parked car of similar size across the full front of each vehicle at about twice the speed.

Jadi kalau anda pakai mobil X terus tiba-tiba berhenti mendadak menghindari tabrakan, bisa jadi tidak cukup "energi yang diterima sensor" :) . 

Kontrol air bag meliputi accelerometers, sensors tabrakan, sensor tekanan pintu samping, sensor kecepatan roda, gyroscopes, sensor tekanan rem, dan sensor posisi/keadaan kursi.

Yah ini memang sih pada dasarnya semua yang diterima sensor memang energi :D . Yup, semua didunia kan hanya zat dan energi saja :D .

Sebuah penelitian cukup komprehensif tentang air bag ini pernah dilakukan dan hasilnya ada di :

http://ec.europa.eu/transport/roadsafety_library/publications/cita_study_2.pdf

Antara lain :

1) Air bag terkadang mempunyai kelemahan : membuka saat kecepatan rendah, membuka karena berkecepatan tinggi, membuka karena guncangan/benturan pada bagian lain mobil.

2) Saat membukanya air bag bervariasi, hanya pada diatas kecepatan 35 km/jam (perubahan kecepatan), semua air bag mengembang.


3) Dan merek-merek terkenal seperti BMW, Volvo, Mercedes Benz, Daimler-Chrysler serta Ford pernah melakukan recall terkait dengan air bag. Bahkan beberapa hari lalu Honda melakukan recall atas masalah air bag.

No comments:

Post a Comment